Paroki Santa Theresia Piru
22 Agustus 2021
02 Mei 2021
18 April 2021
17 April 2021
Santa Klara Gambacorta OP, Pengaku Iman (17 April)
Santa Klara Gambacorta OP, Pengaku Iman
Klara hidup diantara tahun 1362-1419. Pada umur 17 tahun ia telah dinikahkan. Setahun kemudian dia menjanda. Lalu Klara masuk biara Dominikanes. Akhirnya ia berhasil mendirikan sebuah biara cabang dengan aturan yang amat keras dan berusaha keras memperbaharui ordonya.
sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/17Apr.html
Santo Anisetus, Paus dan Martir (17 April)
Santo Anisetus, Paus dan Martir
Anisetus lahir di Syria, Asia Kecil. Ia terdaftar sebagai Paus kesepuluh pengganti rasul Petrus dan memimpin Gereja pada tahun 155 sampai 166 pada akhir masa pemerintahan Kaisar Antonius Pius. Sangat sedikit berita yang diketahui perihal kepemimpinannya sebagai Paus.
Ketika ia memimpin Gereja, ia pernah menerima Polykarpus, Uskup Smyrna yang datang ke Roma untuk membicarakan tanggal hari raya Paskah, yang tidak sama diseluruh gereja. Sikapnya yang arif terhadap perselisihan antar Gereja di Asia Kecil dengan Gereja lainnya tentang tanggal perayaan Paskah membuat namanya dikenal luas di seluruh Gereja. Di negeri asalnya, hari Paskah dirayakan tepat pada tanggal 14 bulan Nisan sesuai kalender hari rayanya orang Yahudi. Kebiasaan yang diwariskan oleh Santo Yohanes rasul dan santo Philipus rasul ini menyebabkan hari raya paskah jatuh pada hari yang tidak menentu. Pada masa itu, kematian Yesus lebih ditekankan daripada kebangkitan Yesus. Sebaliknya, di Gereja-gereja lain, hari Paskah di rayakan pada hari Minggu sesudah tanggal 14 Nisan, karena pada hari inilah Yesus bangkit dari kubur-Nya. Kecuali itu, perayaan Paskah bertujuan pula untuk memperbaharui penghayatan iman dan kehidupan rohani umat beriman.
Masing-masing gereja memegang kebiasaan dan perdiriannya, bahkan dengan tegas membela tradisinya. Paus Anisetus menyerahkan perselisihan ini kepada Penyelenggara Ilahi. Keputusannya untuk mengunggulkan salah satu kebiasaan di tunda hingga perselisihan itu mereda. Atas doa dan imannya yang teguh maka perselisihan dalam tubuh Gereja dapat diselesaikan dengan damai. Lalu perayaan Paskah pada hari Minggu lama kelamaan diterima oleh Gereja Asia Kecil.
Banyak kesulitan yang dialaminya selama masa kepemimpinannya, menyebabkan ia mengalami bermacam-macam penyakit. Meskipun ia tidak mati karena dibunuh, namun karena penderitaannya yang sedemikian banyak demi kesatuan gereja dan tegaknya ajaran iman yang benar, ia digelari martir oleh gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 586.
16 April 2021
Santo Paternus, Pengaku Iman (16 April)
Santo Paternus, Pengaku Iman
Paternus mendirikan biara di tempat sepi, Prancis dan menjadi rasul rakyat pedalaman. Ia dihormati sebagai santo pelindung orang-orang yang digigit ular berbisa dan orang sakit lumpuh.
sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/16Apr.html
Santa Bernadetha Soubirous, Pengaku Iman (16 April)
Santa Bernadetha Soubirous, Pengaku Iman
Marie Bernadetha Soubirius lahir di Lourdes pada tahun 1884. Ia adalah anak sulung dari keluarga Francoius Soubirous, seorang pengusaha gilingan gandum yang jatuh miskin. Semasa remajanya, ketika berumur 14 tahun, ia sering sakit-sakitan sehingga tubuhnya tampak lemah dan gerakannya lamban. Meski demikian ia tetap bersikap ramah kepada semua orang.
Ketika Bernadette (= Bernarde kecil) bersama kedua orang adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Massabielle, ia mengalami peristiwa ajaib: ia melihat wanita muda yang sangat cantik berdiri dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu. Wanita muda itu berpakaian putih cermelang; ikat pinggangnya berwarna biru langit, kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya; kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya, sementara sebuah rosario yang berkilau-kilauan tergantung pada lengannya. Peristiwa ajaib ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858.
Sekembalinya di rumah, Bernadeth menceritakan peristiwa ajaib itu kepada orangtuanya. Ia dimarahi dan diejek oleh orangtuanya dan orang-orang lain. Namun ia terus datang ke gua Massabielle sesuai pesan wanita muda cantik itu. Setiap kali datang, wanita muda itu selalu menampakkan dirinya. Hal ini terjadi sebanyak delapan belas kali,mulai dari tanggal 18 Februari sampai 16 Juli 1858. Mula-mula wanita cantik itu tidak menyatakan siapa dirinya. Barulah kemudian wanita itu mengaku: "Akulah yang dikandung tanpa cela", sambil meminta agar orang berdoa dan bertobat, serta meminta agar tempat penampakannya itu dibangun sebuah gereja. Peristiwa ini sempat meresahkan masyarakat, pejabat negara dan gereja. Polisi setempat melarang keras semua orang datang ke gua Massabielle. Meski demikian, makin banyak orang datang bersama Bernadeth ke gua Massabielle, walaupun mereka tidak melihat wanita muda itu. Mereka hanya menyaksikan perubahan wajah Bernadeth dan sikapnya yang terpesona memandang Bunda Maria yang tampak padanya.
Pastor paroki, Sempet dan Uskup setempat sangat berhati-hati dalam menanggapi peristiwa penampakan itu. Beberapa tahun lamanya Bernadeth banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, maupun oleh semangat serta perhatian yang berlebih-lebihan dari orang-orang yang percaya. Namun ia menanggung semuanya dengan tabah dan sabar sambil tetap percaya kepada Bunda Maria yang menjanjikan kepadanya kebahagiaan surgawi.
Pada tahun 1866 ia masuk biara suster Karitas di Nevers. Disini ia terlindung dari gangguan orang banyak, meskipun tetap saja menderita karena sikap tak ramah dari beberapa suster pemimpin biara. Dalam situasi ini, penyakit asma yang sudah dideritanya sejak lama kambuh lagi dan semakin parah. Akibatnya pada tahun 1879, Bernadeth meninggal dunia pada usia 35 tahun. Jenazahnya tetap disimpan dalam biara itu di dalam sebuah peti kaca. Jenazahnya itu tetap berada dalam keadaan utuh dan segar sampai sekarang.
Peristiwa penampakan Bunda Maria di Lourdes pada tahun 1858 itu dan banyaknya mukjizat penyembuhan yang terjadi disana sampai dewasa ini, menjadikan Lourdes tempat ziarah teramai dalam sejarah Kristen. Bernadeth, saksi langsung peristiwa itu, tidak mengambil bagian dalam perkembangan itu.
sumber: http://imankatolik.or.id/kalender/16Apr.html
15 April 2021
Beato Damian de Veuster, Imam (15 April)
Beato Damian de Veuster, Imam
Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di pulau Molokai, Hawai. Ia dihormati sebagai "rasul para penderita kusta". Ia lahir pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremeloo, Belgia dan diberinama Yosef de Veuster. Sebagai anak seorang pedagang kaya raya, Yosef dididik untuk menjadi pedagang seperti ayahnya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wechter dan pendidikan praktis di perkebunan keluarga di Ninde, ia dikirim ke sebuah Kolose di Braine-le รข€“Comte, Belgia, untuk memahirkan ketrampilannya di bidang perdagangan.
Meski demikian, selama berada disana pada tahun 1858, ia memutuskan untuk menjadi imam. Orang tuanya mengabulkan permohonannya untuk memasuki Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria, kongregasi saudara kandungnya August. Pada bulan Januari 1859, Yosef masuk novisiat dari serikat itu di Louvain, Belgia. Ia mengucapkan kaulnya pada tanggal 7 Oktober 1860 di rumah induk biara di Paris dan menerima nama biara: Damian. Semula ia hanya akan diterima sebagai bruder saja. Tetapi atas dorongan kakaknya August, yang sudah menjadi imam dalam serikat itu, Damian terus belajar bahasa latin dan yunani serta tekun belajar ilmu-ilmu lainnya. Ketekunannya meyakinkan atasan, sehingga ia diijinkan belajar filsafat di Paris dan kemudian kembali ke Louvain untuk belajar teologi.
Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum di tabhiskan menjadi imam. Pemimpin tertinggi serikat itu mengabulkan permohonannya dan pada tanggal 29 Oktober 1863, ia berangkat ke Hawai. Ia tiba disana pada bulan Maret 1864 dan pada tanggal 21 Mei 1864 ia ditabhiskan menjadi imam di gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai. Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun. Selama bertugas disana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di pulau Molokai. Di daerah koloni itu tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu. Karena itu, pater Damian mengajukan permohonan kepada Uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita Kusta di Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk.
Pater Damian tiba di perkampungan kusta itu pada tanggal 10 Mei 1873. Disana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan mengubur mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja. Ia berkarya disana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York. Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayankan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya maka didirikanlah sebuah monumen di pulau Molokai, dan sebuah institut untuk mempelajari penyakit kusta.
Sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/15Apr.html
Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman (15 April)
Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman
Pedro lahir di desa Astorga, Spanyol pada tahun 1190. Sejak masa studinya, Pedro ternyata cerdas dan pandai. Kehidupan rohaninya tidak menunjukkan suatu keistimewaan. Terpengaruh oleh kehidupan pamannya sebagai uskup, Pedro tertarik juga untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan.
Tak lama kemudian ia ditabhiskan menjadi imam. Oleh uskupnya, ia diangkat menjadi koordinator imam-imam diosesan. Pelantikannya dirayakan secara meriah dan besar-besaran. Tetapi Tuhan menunjukkan campur tangan-Nya pada hari itu. Arakan besar dan meriah menuju Katedral mulai bergerak. Pedro dengan gagah menunggang seekor kuda diiringi oleh imam-imam dan pembesar-pembesar negara dan umat. Tiba-tiba kuda yang ditungganginya berontak dan Pedro yang gagah itu jatuh. Sorak-sorai yang gemuruh itu berubah menjadi gelak tawa dan olok-olokan, Pedro menyadari hal ini merupakan tanda peringatan bahwa betapa tidak berartinya kemuliaan duniawi.
Setelah peristiwa ini, Pedro masuk Ordo Santo Dominikus. Mula-mula ia ditugaskan sebagai pastor tentara. Dalam tugas ini, Pedro menunjukkan contoh hidup yang sangat mnyenangkan bagi pasukannya dan semua orang di istana. Pada waktu kota Kordova direbut oleh raja Spanyol dari tangan suku Moor, Pedro berusaha menyelamatkan para tawanan dan wanita-wanita dari tindakan sewenang-wenang para tentara.
Setelah berhenti dari dinas ketentaraan, Pedro menjadi pastor untuk para petani dan nelayan. Ia mencurahkan sisa-sisa hidupnya untuk menemani para petani dan pelaut. Ia mengajari mereka bagaimana menghayati iman sebagai sebagai seorang petani dan pelaut. Soal-soal agama yang sulit, diterangkannya dengan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh para petani dan pelaut yang sederhana itu. Cara hidupnya yang saleh, kerendahan hatinya serta pergaulannya yang baik dengan semua orang, membuat dia sangat disegani dan dihormati oleh semua petani dan pelaut itu. Ia meninggal pada tahun 1246.
Sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/15Apr.html
14 April 2021
Santa Lidwina, Pengaku Iman (14 April)
Santa Lidwina, Pengaku Iman
Lidwina lahir di Shiedam, negeri Belanda pada hari Minggu Palem tahun 1380. Orangtuanya dikenal sebagai orang beriman yang saleh dan taat agama. Ayahnya, seorang penjaga malam yang setia pada tugasnya. Dalam keluarganya, ia anak wanita satu-satunya. Ia cantik sekali. Sering ia merasa terganggu oleh kecantikannya, dan karena itu ia meminta kepada Tuhan untuk mengurangi kecantikannya. Semenjak kecil ia sudah tidak tertarik pada kekayaan duniawi. Sejak berumur 15 tahun, ia sudah mengucapkan kaul kemurnian. Pada musim dingin yang hebat tahun 1395-1396, ia menderita sakit keras tetapi segera sembuh kembali ketika ia diundang kawan-kawannya bermain ski disebuah bendungan salju. Namun sial sekali nasibnya: ia terjatuh dan patah tulang rusuknya. Ia menjadi lumpuh dan selama 38 tahun hanya hidup dari komuni kudus saja. Sementara itu ia masih juga menderita berbagai rasa sakit di sekujur tubuhnya hingga tidak bisa berbaring dan tidur dengan nyenyak. Dokter pun tidak mampu menyembuhkan penyakitnya. Pada masa itu Lidwina sendiri masih jauh dari panggilan hidup sucinya dan menginginkan kesembuhan seperti anak-anak lain.
Cahaya hidup baru terbit ketika pastor, bapa rohaninya: Yohanes Pot, mengunjunginya secara teratur. Pastor itu memberinya satu nasehat yang sederhana tetapi tepat, yaitu supaya Lidwina sabar dan mempersatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus. Sejak itu ia terhibur dan mulai saat serta berusaha merenungkan sengsara Kristus. Dan setelah tiga tahun ia merasa terpanggil untuk menderita bagi dosa-dosa orang lain. Sejak saat itu ia tidak ingin lagi akan kesembuhan sebagaimana yang dikehendakinya dahulu. Ia mulai bermatiraga dan tidak mau lagi dirawat. Tidurnya cukup diatas sebuah papan keras. Dengan sabar ia menggeletak di papan itu dan hidup dari komuni kudus yang diantarkan oleh pastornya. Hidup rohaninya pun semakin berkembang sehingga Tuhan menambahkan berbagai kekuatan baginya dalam menghadapi cobaan-cobaan lain yang lebih besar seperti serangan penyakit dan kehilangan kecantikannya.
Sakitnya yang aneh itu menggemparkan semua penduduk daerah itu; sampai-sampai Raja William VI bersama Margaretha Burgundia mengirimkan dokter pribadinya: Godfried de la Haye untuk merawatnya. Anehnya, dari luka-lukanya keluarlah bau harum; dan walaupun kamarnya tidak diterangi lampu, namun terang benderang karena cahaya ajaib dari surga. Masih banyak mukzijat lainnya selama ia menderita sakit.
Kira-kira pada tahun 1407 ia mengalami ekstase dan pengalaman-pengalaman mistik lainnya. Lidwina akhirnya meninggal dunia pada tahun 1433.
Sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/14Apr.html
Santo Tiburtius, Valerianus, Maximus, Martir (14 April)
Santo Tiburtius, Valerianus, Maximus, Martir
Ketiga pemuda ini dikenal sebagai pahlawan iman Kristen yang dibunuh oleh penguasa Romawi di kota Roma. Jenazah mereka di kuburkan di Katakombe Praetaxtatus, Roma sekitar 229 / 230.
Tiburtius adalah adik kandung Valerianus. Kisah tentang keanggotaan mereka dalam gereja hingga menjadi Martir dihubungkan dengan Sata Sesilia. Sesilia adalah tunangan Valerianus, pemuda yang belum menganut agama Kristen. Ketika hari pernikahan mereka tiba, Sesilia dengan tulus membisikkan kepada Valerianus, calon suaminya agar membatalkan saja pernikahan mereka karena ia telah menjanjikan kemurnian dirinya kepada Tuhan. Valerianus yang tulus hati itu mengindahkan permohonan Sesilia, calon istrinya. Ia tidak marah, malah sebaliknya meminta Sesilia agar mengajari dia iman Kristen dan mengusahakan pembaptisannya. Demikian pula Tiburtius adik Valerianus.
Setelah menjadi Kristen, kedua kakak-beradik ini dengan giat menyebarkan iman Kristen dan rajin menguburkan jenazah para Martir yang dibunuh. Melihat itu, penguasa Romawi menangkap dan menyiksa mereka. Pada peristiwa itu, Maximus seorang tentara Romawi yang turut dalam penyiksaan atas diri Tiburtius dan Valerianus, terharu dan kagum akan ketahanan dan ketabahan hati kedua bersaudara itu. Lalu ia pun dengan berani mengaku dirinya sebagai seorang murid Kristus. Akibatnya ia pun disiksa dan dibunuh bersama Tiburtius dan Valerianus.
Sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/14Apr.html
12 April 2021
Santo Sabas dari Goth, Martir (12 April)
Santo Sabas dari Goth, Martir
Sabas hidup di kota Targovosta, Dasia (Rumania) pada abad keempat. Ia dikenal sebagai seorang martir karena giat sekali meneguhkan iman orang-orang Kristen Goth. Ia miskin dan tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena berbudi luhur dan beriman teguh, ia ditabhiskan menjadi lektor untuk membantu imam-imam dalam upacara-upacara gerejani.
Ia pun giat meneguhkan iman saudara-saudaranya agar tidak mengikuti praktek-praktek kekafiran kepada dewa-dewa. Kepada walikota yang merencanakan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, Sabas dengan tegas menyatakan dirinya sebagai orang Kristen yang rela mati bagi Kristus. Pada tahun 372, ketika ia menyelenggarakan perayaan Paskah di rumahnya, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh walikota. Ia ditenggelamkan di sungai dekat Buzan, Rumania. Kepada para pelaksana hukuman mati atas dirinya, ia berkata: "Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang menjadi kewajibanmu saat ini. Aku tidak gentar sedikit pun sebab aku tahu apa yang akan kuterima dari Tuhanku sebagai pahala, yakni takhta kemuliaan surgawi bersama-Nya.
Santo Yulius I, Paus (12 April)
Santo Yulius I, Paus
Hari kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin Gereja sebagai Paus dari tahun 337 sampai wafatnya pada tahun 352 di Roma. Dalam masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang Paus yang dengan keras menentang para pemimpin gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditabhiskan secara sah. Kecuali hal itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuakn para pemimpin gereja timur yang arianis itu, karena ia menetang ajaran sesat Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstantinopel untuk membela kebenaran iman di hadapan kaisar, taktha keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih mempertahankan ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius.
Yulius, yang bertanggungjawab atas masalah itu, segera mengadakan suatu konsili di Roma pada tahun 340. Ia mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu. Tetapi undangan Yulius di tolak. Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap Athanasius. Tanpa kehadiran uskup-uskup timur, Yulius bersama Uskup-uskup lainnya meneguhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya besama Marcellus dari Ancyra, seorang uskup lain yang juga dipecat oleh penganut-penganut Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirimkan sepucuk surat yang berisi penegasan konsili tentang sahnya kedudukan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria, kepada Uskup-uskup pengikut Eusebius, Patriakh Konstantinopel yang Arianis.
Untuk mendamaikan Uskup-Uskup barat dengan uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-sama memangku suatu jabatan penting dalam kekaisaran Romawi mendesak para Uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius menyambut baik ajakan itu dengan mengirimkan utusan-utusannya pada tahun 343. Tetapi uskup-uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia (Yunani Utara). Disana mereka mengeluarkan suatu keputusan yang menghukum baik Athanasius maupun Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada disana. Sementara itu, para Uskup Barat tetap bersidang di Sardica untuk menegakkan kembali keabsahan jabatan uskup-uskup yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun meneguhkan kembali isi syahadat Nicea tanpa merubahnya, dan mengancam tipu muslihat dari Uskup-uskup Arian di pengadilan kekaisaran. Sementara itu masalah belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi peluang emas bagi Athanasius untuk kembali menduduki taktha keuskupannya di Aleksandria pada tahun 346. Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di Aleksandria agar dengan sepenuh hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup Aleksandria yang sah.
sumber: http://imankatolik.or.id/kalender/12Apr.html
11 April 2021
09 April 2021
Santo Thomas OFM dkk: Dementrius, Petrus dan Yakobus, Martir (09 April)
Santo Thomas OFM dkk: Dementrius, Petrus dan Yakobus, Martir
Thomas dibebaskan oleh Jendral Fransiskan dan kemudian diutus ke Armenia, Raja Armenia sangat bersimpati kepadanya dan menjadikannya duta. Suatu ketika ia bersama dengan imam-imam Fransiskan lainnya, yaitu Dementrius, Petrus dan Yakobus, diutus ke Tiongkok. Tetapi kapal mereka kandas di pulau Salsalete dekat Bombay. Disini mereka dibunuh oleh orang-orang Islam setempat pada tahun 1321.
Santa Kasilda, Pengaku Iman (09 April)
Santa Kasilda, Pengaku Iman
Aldemories, Ayah Kasilda adalah adalah seorang bangsawan yang masih kafir dan kejam. Ia juga dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen. Ia menyaksikan langsung tindakan-tindakan ayahnya menganiaya orang Kristen. Kasilda yang dianugerahi budi yang luhur dan rasa kemanusiaan yang tinggi bertekad untuk membantu orang-orang Kristen yang dipenjarakan itu. Ia sering mengantar makanan untuk para tahanan di penjara. Setelah mereka makan, Kasilda mengajak mereka berdoa memohon peneguhan dari Tuhan dalam menanggung semua penderitaan yang ditimpakan atas mereka. Perbuatan nekad Kasilda ini tidak diketahui ayahnya. Kasilda sendiri memang masih kafir, tetapi hatinya sudah tersentuh oleh rahmat Allah melalui kesaksian hidup orang-orang Kristen yang sekarang ada dalam tahanan. Ia kagum dan tertegun menyaksikan ketabahan orang Kristen dalam penderitaannya dan kesetian mereka pada imannya akan Kristus.
Pada suatu hari Kasilda menyatakan keinginan hatinya untuk jadi pengikut Kristus kepada orang-orang tawanan itu. Tetapi karena takut pada ayahnya yang kejam itu, orang-orang Kristen tidak segera mengabulkan permintaannya. Mereka menganjurkan agar ia meminta izin dulu kepada ayahnya. Namun penolakan ayahnya tidak mengendurkan semangatnya untuk menjadi pengikut Kristus. Sebaliknya ia bahkan semakin berani bertindak sebagai orang Kristen. Ia rajin berdoa kepada Kristus untuk dirinya dan ayahnya. Akhirnya, atas berkat Rahmat Allah, ayahnya mengijinkan dia untuk menjadi Kristen. Karena restu itu, Kasilda dipermandikan menjadi Kristen.
Ayahnya mendirikan sebuah rumah kecil untuk Kasilda di kota Burgos sebagai tempat berdoa. Dirumah itupun banyak terjadi mukzijat karena doa-doanya. Ia banyak menolong orang-orang yang menderita dan rajin berdoa bagi pertobatan orang-orang kafir. Kasilda wafat pada tahun 107.
08 April 2021
Santo Edesius, Martir (08 April)
Santo Edesius, Martir
Edesius lahir di Propinsi Lysia, Asia Kecil pada tahun 265. Sejak usia mudanya, ia menaruh perhatian dan minat besar pada filsafat yang pada waktu itu masih mencakup ilmu agama, ilmu falak, ilmu alam dsb. Pengetahuannya yang luas itu membawa dia kepada iman akan kebenaran ajaran Kristus. Sesudah dipermandikan, ia terus menambah ilmunya dengan tekun belajar. Ketika Kaisar Galerius melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen, Edesius tampil sebagai pembela kebenaran agama Kristen di hadapan pemimpin-pemimpin negara dan para hakim. Oleh karena itu, ia ditangkap dan menjalani hukuman kerja paksa di tambang-tambang negeri Palestina. Dari Palestina, ia pindah ke Mesir. Disana pun ia menyaksikan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh penguasa-penguasa Aleksandria. Semua peristiwa penganiayaan itu membuat dia tertarik pada renungan tentang sengsara Yesus dan terhadap kata-kata St. Yohanes dalam suratnya yang pertama: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yoh 3:16)
Terdorong oleh imanya, Edesius dengan berani membela orang-orang Kristen yang dianiaya itu. Dengan berani menerangkan keluhuran iman Kristen serta memprotes perlakukan bengis terhadap para penganut agama Kristen. Karena itu, sekali lagi ia ditangkap, disiksa lalu dibuang ke laut. Ia mati sebagai seorang martir, bukan hanya karena mempertaruhkan imannya tetapi juga karena cinta kasih terhadap sesamanya.
Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman (08 April)
Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman
Redemptus adalah Uskup Ferento. Ia mendapat penglihatan bahwa Italia terancam bahaya. Tidak lama kemudian suku Lombard membanjiri dan merusak negara itu. Ia meninggal dunia pada tahun 587.
07 April 2021
Beato Henry Walpole, Martir (07 April)
Beato Henry Walpole, Martir
Henry Walpole lahir di Docking, Norfolk pada tahun 1558 dari pasangan Kristofer Walpole dan Margery Beckham. Ia terhitung sebagai salah satu martir yang menambah keharuman sejarah Gereja Katolik di Inggris selama kekuasaan Elisabeth I.
Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Universitas Cambridge, ia masuk seminari di Reims, Perancis pada tahun 1582. Dua tahun kemudian ia pindah ke Roma dan masuk Serikat Yesus. Setelah menerima tabhisan imamat di Paris pada tahun 1588, ia bekerja selama beberapa tahun di Lorraine. Dari Lorraine ia dipindahkan ke Nederland. Disini ia dipenjarakan selama satu tahun oleh orang-orang Kalvinis. Setelah dilepaskan pada tahun 1590, ia ditugaskan mengajar di Seminari-seminari Inggris, lalu di Seville dan Valladolid di Spanyol. Kemudian ia dikirim ke misi Flanders. Akhirnya ia diijinkan untuk pulang ke negerinya sendiri pada bulan Desember 1593.
Situasi politik di Inggris pada masa itu panas oleh berbagai pergolakan: imam-imam ditangkap dan dibunuh. Begitu tiba di Inggris pada tanggal 4 Desember 1593 Henry ditangkap dan dipenjarakan selama 24 jam. Mulanya ia dipenjarakan di York, lalu dipindahkan ke Tower London; disini ia dianiaya oleh Richard Topcliffe agar bisa memberitahukan nama teman-temannya. Setelah satu tahun, ia dikirim kembali ke York untuk hukuman percobaan dan hukuman gantung. Akhirnya ia dihukum mati di York pada tahun 1595. Pada tahun 1923 Paus Pius XI (1922-1939) menyatakan dia beato.
Sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/7Apr.html
Santo Yohanes de la Salle, Pengaku Iman (07 April)
Santo Yohanes de la Salle, Pengaku Iman
Ia adalah anak sulung dari sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Yohanes Baptista lahir di Reims, Perancis pada tanggal 7 April 1719. Kekayaan orangtuanya kiranya menjadi jaminan kokoh bagi masa depannya. Orangtuanya bercita-cita agar Baptista menjadi seorang ahli hukum. Untuk itu, semenjak kecil Baptista telah menerima pendidikan di rumah di bawah bimbingan seorang guru ahli. Neneknya pun cukup berpengaruh selama bertahun-tahun awal kehidupannya. Pendidikan awal dalam keluarga ini berhasil menanamkan dalam dirinya kemampuan menilai makna kekayaan keluarganya sebagai sesuatu yang fana belaka. Baptista sebaliknya lebih tertarik pada kehidupan rohani. Semenjak kecil ia tertarik menjadi seorang imam.
Setelah menanjak besar, Baptista menjalani pendidikan calon imam di Seminari St. Sulpius di Paris. Tetapi pendidikan dan persiapannya untuk menjadi imam ini dihentikan sementara karena orangtuanya meninggal. Ia terpaksa meninggalkan seminari untuk kembali mendampingi adik-adiknya di Reims, kota kelahirannya. Dua orang saudaranya kemudian menjadi imam dan saudarinya Rose Marie menjadi biarawati tarekat St. Agustinus.
Beberapa tahun kemudian, Baptista kembali ke seminari dan ditabhiskan menjadi imam di Reims pada tahun 1778. Sebagai imam baru ia bekerja di katedral Reims. Perhatiannya pada pendidikan kaum miskin sangatlah besar.
Seorang rekan imamnya, yaitu Pater Roland-seorang imam yang saleh-mempunyai minat yang sama dalam pendidikan kaum miskin, terutama anak-anak wanita yang berasal dari keluarga tak mampu. Pater Roland telah mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak ini dan menorganisir sekelompok guru dalam sebuah perkumpulan yang disebut Perkumpulan suster-suster dari Kanak-Kanak Yesus. Baptista diminta oleh Pater Roland untuk membantu membina suster-suster itu.
Sementara itu, Nyonya Mailever, yang punya hubungan keluarga dengan Baptista, ingin mendirikan sekolah untuk anak-anak lelaki yang ada di Reims. Untuk maksud itu, ia bekerja sama dengan seorang awam saleh, Andrien Nyel. Dengan sebuah surat pengantar dari Nyonya Mailever kepada pemimpin Perkumpulan Suster-suster dari Kanak-Kanak Yesus, Nyel tiba di biara itu untuk mengadakan pembicaraan dengan mereka.
Pastor Baptista segera merasakan pentingnya rencana ini. Dua orang lainnya telah membuka sebuah sekolah kecil di Paroki St. Maurisius pada tanggal 15 April 1670. Sekolah ini dimulai dengan sukses, tetapi Nyel yang ingin memperluas kegiatannya bersikap diam saja, banyak kali absen dari tugasnya. Tentang hal ini, Baptista merasakan suatu tanda bahaya. Tetapi sebagai seorang guru yang tulen, ia tetap tabah dan teguh sambil mengumpulkan beberapa guru muda di rumahnya. Ia mendidik guru-guru muda itu menjadi guru-guru yang benar-benar tangguh, beriman, ramah dan bertanggungjawab, demi keberhasilan pendidikan anak-anak.
Guru-guru muda yang berhasil dikumpulkannya, menjadi perintis lembaga Baptista. Pada tanggal 24 Juni 1680, Baptista mendirikan Perkumpulan Bruder Sekolah-sekolah Kristen. Sistem pendidikannya disusun dengan Statuta Sekolah-sekolah Kristen. Kerasulannya dibidang pendidikan kaum muda, terutama yang miskin, sampai kini masih diteruskan di berbagai negara.
Lembaga pendidikannya tersebar di Paris pada tahun 1699, di Sint Denis pada tahun 1709 dan diterima oleh Tahkta Suci pada tahun 1725. Baptista juga mendirikan sebuah seminari untuk mendidik para bruder dan yang lain untuk berkarya diantara para pengungsi Irlandia yang datang ke Perancis sesudah revolusi melawan para bangsawan Inggris pada tahun 1688. Baptista juga membuka sebuah sekolah Teknik dan sekolah rehabilitasi untuk anak-anak nakal.
Baptista dikenal sebagai seorang imam yang rendah hati, rajin berdoa dan bertapa. Kepemimpinannya atas tarekat yang didirikannya diserahkan kepada seorang bruder muridnya. Ia sendiri memusatkan perhatiannya pada kehidupan rohani dan menulis banyak buku pendidikan. Setelah lama mengabdi Gereja, Baptista meninggal dunia pada tanggal 7 April 1719, tepat pada hari Jumat Besar. Ia digelari Kudus pada tahun 1900 dan dinyatakan sebagai tokoh teladan para guru pada tahun 1950.
sumber : http://imankatolik.or.id/kalender/7Apr.html
30 Maret 2021
Santa Roswita, Pengaku Iman (30 Maret)
Santa Roswita, Pengaku Iman
Santo Yohanes Klimakus, Pertapa (30 Maret)
Santo Yohanes Klimakus, Pertapa
Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai. Ia dikenal sebagai seseorang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. Ia mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi Terang Besar bagi Gereja.
Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Disana ia mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya yang rajin datang meminta nasehat dan bimbingannya. Ia sendiripun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir. Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada diantara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian.
Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad - abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa. Ia meninggal pada tahun 649.
sumber: http://imankatolik.or.id/kalender/30Mar.html